
Negara Besar Eropa Ambil Sikap Tegas terhadap Israel
trendingsekali.com – Konflik Israel-Palestina kembali memicu ketegangan diplomatik di dunia internasional. Kali ini, bukan hanya negara-negara Arab atau kelompok pro-Palestina yang melayangkan kritik. Sejumlah negara besar di Eropa secara terbuka mulai menunjukkan sikap keras terhadap kebijakan militer Israel di Gaza.
Langkah tersebut mengejutkan banyak pihak. Israel selama ini memiliki hubungan erat dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan beberapa negara Uni Eropa. Namun, keputusan Israel yang terus menggempur wilayah Gaza tanpa henti, terutama pasca-serangan ke Rafah, memicu reaksi tajam dari para pemimpin Eropa.
Spanyol, Irlandia, dan Norwegia Akui Negara Palestina
Tiga negara Eropa yang tergolong berpengaruh — Spanyol, Irlandia, dan Norwegia — pada Mei 2025 secara resmi mengumumkan pengakuan terhadap negara Palestina. Langkah ini dianggap sebagai pukulan diplomatik besar bagi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, menyatakan bahwa pengakuan terhadap Palestina adalah “kewajiban moral” untuk menciptakan perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah. Irlandia dan Norwegia menyampaikan pernyataan serupa, menggarisbawahi perlunya solusi dua negara agar konflik tidak terus berulang.
Israel segera merespons dengan menarik duta besarnya dari ketiga negara tersebut. Kementerian Luar Negeri Israel mengecam langkah itu sebagai bentuk “penghargaan terhadap terorisme”.
Netanyahu Makin Terisolasi
Keputusan Eropa ini menambah tekanan besar terhadap Netanyahu, yang kini menghadapi kritik bukan hanya dari luar negeri, tetapi juga dari dalam negeri. Sejumlah menteri dalam kabinetnya bahkan mulai menunjukkan keretakan pandangan.
Netanyahu bersikeras bahwa operasi militer di Gaza, termasuk di Rafah, adalah bagian dari upaya untuk “melenyapkan Hamas.” Namun, serangan udara dan darat Israel yang menewaskan ribuan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, memicu kecaman keras dari dunia internasional.
“Netanyahu kini bukan hanya berhadapan dengan Hamas, tetapi juga dengan opini global yang berbalik tajam. Termasuk dari sekutu-sekutunya di Eropa,” ungkap analis Timur Tengah, Dr. Rachel Cohen.
Mahkamah Internasional Turut Campur
Situasi kian memanas setelah Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan keputusan sela yang menyerukan agar Israel menghentikan operasinya di Rafah. ICJ menyebut bahwa operasi militer Israel dapat mengarah pada tindakan genosida terhadap rakyat Palestina.
Meskipun keputusan ICJ tidak bersifat mengikat secara langsung, tekanan politik dan moralnya sangat besar. Terlebih, keputusan itu didukung oleh banyak negara, termasuk Jerman dan Prancis yang sebelumnya cenderung mendukung Israel.
Netanyahu menolak keputusan ICJ tersebut, menyatakan bahwa “tidak ada kekuatan internasional yang akan menghentikan Israel dari mempertahankan dirinya.” Pernyataan ini justru memperburuk posisi Israel di mata komunitas internasional.
Jerman dan Prancis Mulai Berubah Arah
Sikap Jerman dan Prancis yang sebelumnya cukup moderat kini mulai berubah. Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, dalam sebuah konferensi pers di Berlin, menyampaikan bahwa Israel harus menunjukkan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional.
“Kami memahami hak Israel untuk mempertahankan diri, tetapi penghancuran total terhadap Gaza tidak bisa dibenarkan,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak dilakukannya gencatan senjata permanen. Ia juga menyatakan dukungannya terhadap solusi dua negara dan mengisyaratkan bahwa Prancis dapat mengikuti langkah pengakuan terhadap Palestina.
Respons Dunia Arab dan Muslim
Langkah negara-negara Eropa ini disambut dengan antusias oleh banyak negara Muslim dan komunitas pro-Palestina di seluruh dunia. Indonesia, Turki, Malaysia, dan Pakistan memberikan pujian kepada Spanyol, Irlandia, dan Norwegia atas keberaniannya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan bahkan memuji langkah itu sebagai “langkah bersejarah yang seharusnya sudah lama diambil.” Ia juga menyerukan kepada negara-negara Muslim lainnya untuk meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Israel.
Amerika Serikat Masih Bertahan dengan Israel
Di tengah kecaman internasional, Amerika Serikat tetap mempertahankan dukungannya kepada Israel. Presiden Joe Biden kembali menegaskan komitmen keamanan AS terhadap sekutunya tersebut, meski tekanan dari anggota parlemen dan masyarakat sipil AS meningkat.
Sebagian besar anggota Partai Demokrat progresif mendesak agar pemerintahan Biden mengurangi bantuan militer kepada Israel dan menekan Netanyahu agar segera menghentikan operasi militernya.
Namun, hingga saat ini, dukungan AS terhadap Israel tetap solid, meskipun hubungan antara Biden dan Netanyahu disebut-sebut mulai memburuk.
Demonstrasi Massal di Kota-Kota Eropa
Keputusan pengakuan terhadap Palestina oleh beberapa negara Eropa didorong oleh meningkatnya tekanan dari dalam negeri. Demonstrasi besar-besaran pro-Palestina terjadi di London, Paris, Berlin, Madrid, hingga Oslo.
Warga Eropa turun ke jalan menuntut pemerintah mereka mengambil sikap yang lebih tegas terhadap kekejaman Israel. Seruan boikot produk Israel dan penghentian kerja sama militer juga menggema di berbagai unjuk rasa.
Gerakan akar rumput ini menjadi kekuatan penting dalam mengubah peta politik luar negeri Eropa terhadap Timur Tengah.
Tekanan Ekonomi Mulai Muncul
Selain tekanan politik, Israel juga mulai merasakan dampak ekonomi. Beberapa perusahaan multinasional asal Eropa mulai mengkaji ulang kerja sama mereka dengan perusahaan-perusahaan Israel.
Di sektor akademik dan budaya, sejumlah universitas Eropa menangguhkan kolaborasi penelitian dengan institusi pendidikan Israel. Festival-festival musik dan seni di Eropa mulai membatalkan undangan terhadap artis atau delegasi dari Israel.
Fenomena ini disebut sebagai bagian dari kampanye “Boycott, Divestment, Sanctions” (BDS) yang telah berkembang luas dalam satu dekade terakhir.
Masa Depan Hubungan Israel-Eropa
Langkah mengejutkan dari negara-negara Eropa ini diyakini akan memengaruhi hubungan jangka panjang dengan Israel. Banyak pengamat menilai bahwa Israel kini harus menyesuaikan diri dengan realitas baru diplomatik, di mana dukungan mutlak dari Barat tidak lagi bisa dianggap pasti.
Diplomat senior dari Norwegia menyebut, “Kita mencintai perdamaian dan stabilitas. Tapi itu takkan pernah tercapai jika satu pihak merasa bisa bertindak tanpa konsekuensi.”
Netanyahu pun berada dalam posisi sulit. Di satu sisi, ia harus merespons tuntutan keamanan dalam negeri yang masih tinggi pasca serangan Hamas. Di sisi lain, tekanan internasional yang kian membesar mulai menggoyang kredibilitas dan posisinya sebagai pemimpin.
Netanyahu Dianggap Gagal oleh Oposisi
Oposisi di Israel mulai menggunakan momentum ini untuk menyerang kebijakan Netanyahu. Pemimpin oposisi Yair Lapid menyatakan bahwa strategi militer Netanyahu telah memperburuk posisi diplomatik Israel.
“Sekarang kita bahkan dimusuhi oleh Eropa. Itu bukan kemenangan, itu kegagalan,” tegasnya dalam wawancara di Channel 12 Israel.
Protes dalam negeri juga meningkat. Ribuan warga Israel yang menuntut perdamaian menggelar aksi di Tel Aviv, menyerukan gencatan senjata dan pemilihan umum dini untuk mengganti pemerintahan.
Kesimpulan: Dunia Sedang Berubah, Israel Hadapi Babak Baru
Ketegangan antara Israel dan sejumlah negara besar Eropa menunjukkan bahwa peta geopolitik internasional sedang berubah. Israel tidak lagi bisa mengandalkan dukungan mutlak dari Barat, terutama jika konflik berkepanjangan terus menimbulkan korban sipil dalam jumlah besar.
Langkah negara-negara Eropa yang mulai mengakui Palestina secara resmi bukan hanya simbolis. Ini adalah sinyal keras bahwa dunia menuntut perubahan nyata dalam penyelesaian konflik Timur Tengah.
Benjamin Netanyahu kini bukan hanya menghadapi perlawanan dari musuh lamanya di Gaza, tetapi juga tekanan diplomatik dari negara-negara yang selama ini menjadi sekutunya. Dalam konteks ini, pertanyaan besar muncul: Apakah Netanyahu akan berubah arah, atau justru melawan arus dunia yang sedang bergerak?
Jika kamu ingin versi artikel ini diposting langsung ke WordPress atau disesuaikan tampilannya untuk tema Newspaper atau Astra, cukup beri tahu saja.